- Pengertian Diare
Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan tinja berbentuk lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja (mencret), yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari (Kemenkes RI, 2011a) |
Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan tinja berbentuk lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja (mencret), yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari (Kemenkes RI, 2011a).
- Gejala Diare
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain (Sari et al., 2017):
- Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
- Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis.
- Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
- Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.
- Klasifikasi
Berdasarkan lamanya (waktu), diare dibagi menjadi 2 yaitu:
- Diare Akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan
- Diare Kronis/Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
Berdasarkan masalahnya, diare dibagi menjadi 2 yaitu:
- Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses.
- Diare kronis/persiste
Derajat Dehidrasi Diare
Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu:
- Diare tanpa dehidrasi
- Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
- Diare dengan Dehidrasi berat.
Klasifikasi tanda-tanda derajat dehidrasi akibat diare :
Gejala Dehidrasi | Diare Tanpa Dehidrasi | Diare Dehidrasi
Ringan/Sedang |
Diare Dehidrasi Berat |
Bila terdapat dua tanda atau lebih | Bila terdapat dua tanda atau lebih | Bila terdapat dua tanda atau lebih | |
Kehilangan cairan <5% Berat Badan penderita diare. | Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badanz penderita diare. | Kehilangan carian >10% Berat Badan penderita diare. | |
Keadaan Umum | Baik, sadar | Gelisah, rewel
|
Lesu, lunglai /
tidak sadar |
Mata | Tidak cekung | Cekung | Cekung |
Keinginan Minum | Normal, tidak
ada rasa haus |
Ingin minum terus, ada rasa haus | Malas minum
|
Turgor
|
Kembali segera | Kembali lambat | Kembali sangat lambat ≥ 2 detik |
- Epidemiologi Diare
Menurut WHO, penyakit Diare menjadi penyebab kematian kedua di dunia pada anak dibawah lima tahun dan bertanggung jawab atas 370.000 kematian anak pada tahun 2019. Sedangkan di Indonesia sendiri, diare menjadi penyebab utama kematian balita pada tahun 2021 dengan 239 kasus kematian. Di Jawa Barat sendiri terdapat 620.856 penderita diare yang mendapat pelayanan pada tahun 2020 (Dinkes Jawa Barat, 2020). Adapun berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kuningan, jumlah penderita diare pada tahun 2019 terdapat 24.533 kasus dengan prevalensi 22,69 per 1000 penduduk. Sedangkan CFR (Case Fatility Rate/Angka Kematian) kasus diare di Kabupaten Kuningan menunjukkan angka 3 kasus dengan berbagai kelompok usia yakni pada pada bayi usia 6-12 bulan 1 orang, 12-59 bulan 1 orang dan usia >20 tahun 1 orang (DINKES Kabupaten Kuningan, 2020).
Penyebab
- Infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit)
- Alergi (makanan, susu sapi, obat. dll)
- Keracunan (makanan, minuman, obat. dll)
Bagaimana cara penularannya?
Penularan penyakit diare pada umumnya melalui cara fekal-oral (fecal-oral transmission) yaitu melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Adapun siklus penyebaran penyakit diare melalui 5 F yaitu :
- Feces atau tinja. Tinja penderita diare mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan.
- Flies atau lalat. Tinja yang sudah mengandung virus dan bakteri yang apabila dihinggapi hewan lalu hewan tersebut hinggap dimakanan, yang jika termakan, maka akan masuk ke dalam tubuh sehingga orang tersebut kemungkinan akan terkena diare
- Food atau makanan yang terkontaminasi
- Fomites atau peralatan makanan, yang dicuci dengan air yang tercemar
- Finger atau tangan (jari tangan).
- Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu (Utami & Luthfiana, 2016):
- Faktor Lingkungan
Beberapa Faktor risiko lingkungan yang berkaitan dengan penyebaran penyakit diare yaitu :
- Sarana air bersih yang buruk, tidak memadainya penyediaan air bersih.
- Pengelolaan tinja yang sembarangan dan kurang diperhatikan.
- Halaman rumah yang becek karena buruknya saluran pembuangan air limbah( SPAL) memudahkan penularan diare, terutama yang ditularkan oleh cacing dan parasit.
- Pembuangan sampah yang tidak sesuai pada tempatnya dapat menjadi tempat hinggapnya hewan (vektor penyakit), misalnya lalat yang membawa bakteri atau kuman penyakit dari tempat pembuangan sampah tersebut ke makanan.
- Faktor Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu :
- Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita dengan status ekonomi keluarga rendah. Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan fasilitas (berkaitan dengan kesehatan) yang dimiliki mereka akan baik pula, seperti penyediaan air bersih yang terjamin, penyediaan jamban sendiri, dan terdapat kandang ternak yang terjaga kebersihannya.
- Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap
diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak (Kemenkes RI, 2011b). Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang diare. Daya tahan tubuh yang rendah membuat tingginya angka kejadian diare. - Status gizi. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
- Faktor Perilaku
- Tidak memberikan ASI secara esklusif sampai 6 bulan kepada bayi atau memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli
- Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
- Minum air/menggunakan air yang tercemar
- Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar maupun setelah membersihkan BAB anak, merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak, terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi anaknya, maka makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat menyebabkan diare.
- Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak
- Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
- Tidak mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi, karena salah satu penyebaran diare adalah melalui penyajian makanan yang tidak matang atau mentah.
- Cara Mengatasi Diare di Rumah (Tatalaksana)
- Oralit, cairan terbaik untuk mengganti cairan yang hilang
- Segera ke Puskesmas untuk mendapat obat lebih banyak
- Teruskan pemberian makanan
- Perawatan Diare di Rumah Berdasarkan Usia
- Untuk Anak Usia Dibawah 6 Bulan
- Beri ASI lebih sering dan lebih lama
- Beri oralit sampai diare berhenti
- Beri ZINC selama 10 hari berturut-turut 10mg ½ tablet per hari
- Untuk Anak Usia 6-24 Bulan
- Beri oralit sampai diare berhenti
- Beri ZINC 20mg atau 1 tablet per hari selama 10 hari berturut-turut
- Teruskan pemberian ASI lebih sering dan lebih lama
- Beri MP-ASI yang sehat dan bergizi
- Untuk Anak Usia 2 Tahun atau Lebih
- Beri oralit sampai diare berhenti
- Beri ZINC selama 10 hari berturut-turut 20mg 1 tablet per hari
- Beri makanan sehat dan bergizi
- Pemberian Oralit
Pada saat diare, tubuh anak banyak kehilangan cairan dan elektrolit. Dengan memberikan oralit, cairan tubuh dan elektrolit yang hilang bisa digantikan. Oralit bisa diperoleh dari kader, posyandu, puskesmas, RS, apotek dan toko obat. Berikut cara membuat dan memberikan oralit pada penderita diare:
- Cuci tangan pakai sabun lalu bilas dengan air sampai bersih
- Sediakan 1 gelas air minum (200 cc)
- Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum
- Aduk cairan oralit sampai larut
- Berikan oralit sampai diare berhenti
- Pemberian ZINC
ZINC adalah zat gizi yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. ZINC diberikan kepada penderita diare selama 10 hari berturut-turut untuk mencegah terulangnya kejadian diare dalam waktu 2-3 bulan ke depan. ZINC bisa didapat di Puskesmas, RS, dan apotek, dan biasanya tablet ZINC akan dilarutkan dalam satu sendok air minum atau ASI.
- Pencegahan Diare
Cara pencegahan diare yang dapat dilakukan yaitu (Kemenkes RI, 2012):
- Pemberian ASI dapat mencegah diare karena terjamin kebersihannya serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh balita. Pemberian ASI secara langsung dapat menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lainnya yang akan menyebabkan diare.
- Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk anak balita yang sehat dan bersih.
- Menggunakan air bersih yang cukup.
- Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
- Menggunakan jamban sehat
- Mengelola sampah dengan baik dan benar
- Sarana pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan.