PEDULI DIARE, MAHASISWA PKL SKM PENGGERAK UNNES MENGUSUNG KEGIATAN
“CARE OF DIARRHEA” DI WILAYAH DESA CARACAS
Masyarakat tidak hanya dihadapkan dengan permasalahan kesehatan, tetapi masyarakat juga memiliki potensi yang dapat diberdayakan untuk pemecahan permasalahan kesehatan di lingkungan sekitarnya. Namun, potensi lokal yang ada harus didampingi oleh aktor pemberdaya, baik dari perguruan tinggi maupun pemerintah. Kerja sama yang aplikatif antara keduanya akan tercipta sebuah intervensi untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang berbasis bukti.
SKM Penggerak merupakan program MBKM yang diselenggarakan oleh Prodi Kesehatan Masyarakat UNNES dalam bentuk kegiatan praktik kerja lapangan mahasiswa melalui pendekatan institusi dan komunitas (desa/kelurahan dan sekolah) dan tahapan siklus pemecahan masalah yang terdiri dari 11 tahapan yang nantinya diharapkan mampu menghasilkan intervensi yang berbasis fakta, sehingga intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah.
Permasalahan kesehatan yang masih sering diabaikan oleh masyarakat salah satunya yaitu diare. Penyakit ini ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dengan konsistensi encer. Diare menjadi penyakit menular yang sering diabaikan keberadaannya karena masih banyaknya anggapan ‘bukan penyakit’ dan ‘sembuh sendiri’ di masyarakat. Padahal diare sendiri dapat menyebabkan kematian apabila terlambat atau tidak mendapatkan penanganan yang baik dan sesuai. Menurut WHO, penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua di dunia pada anak balita dengan angka 370.000 di tahun 2019. Sedangkan di Indonesia sendiri, diare menjadi penyebab utama kematian balita pada tahun 2021 dengan 239 kasus kematian.
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kuningan, jumlah penderita diare pada tahun 2019 terdapat 24.533 kasus dengan prevalensi 22,69 per 1000 penduduk (DINKES Kabupaten Kuningan, 2020). Pada tahun 2021, Kecamatan Cilimus menjadi penyumbang kasus kejadian diare di Kabupaten Kuningan dengan kasus tertinggi sebanyak 1145 kasus (BPS Kabupaten Kuningan, 2022). Desa Caracas menempati urutan ketiga kasus diare tertinggi di Kecamatan Cilimus yang terjadi pada tahun 2019 dengan angka kejadian pada semua kelompok umur yaitu 124 kasus diare (BPS Kabupaten Kuningan, 2021).
Data kasus inilah yang menjadi landasan diambilnya diare sebagai topik pelaksanaan program PKL SKM Penggerak. Program intervensi dilaksanakan melalui 2 pendekatan, salah satunya pendekatan masyarakat yang dilakukan di desa/kelurahan dan sekolah.
Program intervensi yang pertama dilaksanakan di Desa Caracas, disini mahasiswa menyelenggarakan program “peduli diare (care of diarrhea) di rumah” melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dengan bantuan media leaflet yang diserahkan kepada sasaran. Sasaran kegiatan penyuluhan ini meliputi ibu rumah tangga yang memiliki anak mulai dari usia batita, balita, dan usia sekolah.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan serta meningkatkan upaya pencegahan diare, khususnya di Desa Caracas.” Ucap Emilda Yulia Putri
Materi yang diberikan berupa pengertian diare dan gejalanya, serta lebih ditekankan kepada cara pemberian oralit dan zinc kepada penderita diare. Selain itu, mahasiswa juga melakukan pengadaan tong sampah untuk balai desa dan setiap posyandu.