Selajambe, Kamis, 13 Agustus 2020
Kegiatan dihadiri oleh; Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Kuningan beserta para Kabid dan staf, Ketua TP PKK Kab Kuningan beserta jajarannya, Camat Selajambe, Subang dan Cilebak, Danramil Subang, Kapolsek Selajambe, Kasie Kesra Kec. Selajambe, Ketua TP.PKK Kecamatan Selajambe, Kepala UPTD Puskesmas Selajambe, Subang dan Cilebak, Kepala UPTD Pendidikan Kec. Selajambe, Kepala UPTD Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Kec. Subang, Kepala UPTD Pertanian Subang,Kepala Desa se – Kecamatan Selajambe, Ketua TP PKK Desa se-Kec. Selajambe, serta Sasaran penanggulangan Stunting; Ibu Hamil KEK, Ibu baduta Stunting, Gizi Buruk, dan kurang dari desa Selajambe, Padahurip, Cantilan, Jambe rama dan Bagawat.
Istilah Stunting belum banyak dikenal dimasyarakat, tapa masyarakat lebih mengenal dengan istilah ‘pendek, cebol, atau kerdil”. Stunting merupakan masalah nasional yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu lama, mulai dari bayi dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Percepatan pencegahan stunting merupakan program nasional yang dicanangkan presiden Presiden Jokowi untuk dilakukan penanggulangan dengan melibatkan semua unsur terkait termasuk unsur lembaga sosial dan swasta.
Berdasarkan data Riskesdas Kemenkes (3 Januari 2018) Prevalensi stunting kabuoaten Kuningan 28 %.Di Kabupaten Kuningan berdasarkan data per 30 juli 2020, dari jumlah 86.601 bayi yang lahir, yang ditimbang sebanyak 68.914 (79,6%), didapat 669 (8,9%) ibu hamil kekurangan energy (KEK). Pemerintah Kabupaten Kuningan sangat mendukung upaya penanggulangan stunting dengan melibatkan semua unsur terkait mulai dari pemerintahan di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan desa serta pemerhati masyarakat dan harus diupayakan penanganannya secara optimal.
Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini sebagai tindak lanjut kampnye cegah stunting untuk mneyadarkan semua komponen masyarakat agar dapat berpartisipasi langsung dalam penurunan stunting dengan tindakan intervensi yang dibutuhkan, juga untuk mengajak ibu – ibu hamil dan ibu yang punya bayi baru lahir atau baduta/balita sebagai sasaran utama. Juga agar paham mengenai asupan gizi seimbang dengan metode isi piringku ; lauk pauk, buah-buahan, makanan pokok dan sayuran. Ditambah dengan susu murni,mengetahui manfaat pemberian vitamin A, manfaat pemberian tablet Fe, mengetahui pemberian makanan tambahan bayi dan anak serta menjaga perilkau hidup bersih dan sehat (PHBS)
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi dalam waktu lama. Stunting juga bisa dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal sehingga menghambat kemampuan mental serta kesulitan belajar. Penyebab stunting dibedakan atas dua, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab secara langsung stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup serta ancaman infeksi berulang. Secara tidak langsung stunting disebabkan oleh pola asuh ibu/keluarga, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
Penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi atau gizi buruk, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan dimulai dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). 1000 hpk ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan anak, golden age, golden period, yang sangat menentukan kesehatan dan kecerdasan anak. Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan pola asuh yang salah dapat berdampak kepada kondisi gizi ibu hamil dan anak. Misalnya karena ingin anaknya cepat besar maka seorang ibu menganggap asi saja tidak cukup sehingga memberikan anak susu formula. Padahal kandungan gizi di dalam asi sangat dibutuhkan anak dan itu tidak bisa tergantikan oleh susu formula.
Pemenuhan gizi yang optimal selama periode 1000 hpk memberi kesempatan kepada anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat, lebih produktif, serta beresiko lebih rendah terhadap penyakit. Untuk menjamin adanya asupan gizi yang cukup pada 1000 hpk, perlu didukung oleh adanya upaya penguatan pangan keluarga. Proses edukasi dapat mencegah ketergantungan bantuan dan mendorong inisiatif masyarakat untuk berdaya dan mandiri dalam mencukupi kebutuhan pangan keluarga dengan usahanya. Ketahanan pangan maupun gizi sangat berkorelasi dengan akses masyarakat terhadap pangan. Masyarakat perlu di edukasi dan didekatkan dengan jenis-jenis pangan yang dapat disediakan secara mandiri, supaya mengurangi beban biaya belanja dapur dan bantuan sosial. Pemanfaatan lahan pekarangan yang ada di sekitar rumah dapat digunakan untuk menanam beberapa tanaman yang dapat digunakan untuk bahan masakan.
Kegiatan itu dapat digalakan untuk memulai kemadirian dalam penyediaan bahan pangan keluarga. Bayam, sawi, tomat, cabe, kangkung, daun bawang dan sayur-mayur lainnya adalah contoh sayuran yang bisa ditanam dan sering jadi menu masakan yang kaya gizi khas indonesia. Pemberdayaan terhadap masyarakat dalam menyediakan pangan dan gizi dengan memanfaatkan lahan pekarangan pada gilirannya dapat mencukupi kebutuhan dasar gizi masyarakat. Karena pada praktiknya masyarakat punya kontrol lebih banyak untuk mengatur kuantitas dan kualitas dari tanaman itu sendiri. Selain itu, dengan modal keuletan dan kemauan untuk belajar dan mengenal tentang tanam-menanam, program ini juga berpotensi menjadi lahan bisnis bagi masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dan masyarakat sekitar.
Agar tercipta indonesia sehat yang bebas stunting, maka kementrian kesehatan gencar melakukan sosialisasi sembilan pesan inti 1000 hpk yaitu:
- Selama hamil, makan makanan beraneka ragam
- Memeriksa kehamilan 4x selama kehamilan
- Minum tablet tambah darah
- Bayi yang baru lahir inisiasi menyusui dini
- Berikan asi eksklusif selama 6 bulan
- Timbang bb bayi secara rutin setiap bulan
- Berikan imunisasi dasar wajib bagi bayi
- Lanjutkan pemberian asi hingga usia 2 tahun
- Berikan makanan pendamping asi secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap memberikan asi
Di samping tanggung jawab memberikan asupan makanan bergizi pada anak, setiap orang tua juga perlu menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan. Harus diingat bahwa penyebab tidak langsung stunting adalah lingkungan serta sanitasi yang kotor. Itu bisa menyebabkan infeksi kronis dan membuat gizi sulit diserap oleh tubuh. Oleh sebab itu, kepedulian masyarakat sekitar juga dibutuhkan agar saling menjaga kebersihan tempat tinggal. 10 indikator phbs rumah tangga yang sebaiknya diterapkan oleh masyarakat diantaranya:
- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
- Pemberian asi eksklusif
- Menimbang bayi dan balita secara berkala
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Menggunakan air bersih
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik nyamuk
- Konsumsi buah dan sayur
- Melakukan aktifitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah
Di samping tanggung jawab memberikan asupan makanan bergizi pada anak, setiap orang tua juga perlu menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan. Harus diingat bahwa penyebab tidak langsung stunting adalah lingkungan serta sanitasi yang kotor. Itu bisa menyebabkan infeksi kronis dan membuat gizi sulit diserap oleh tubuh. Oleh sebab itu, kepedulian masyarakat sekitar juga dibutuhkan agar saling menjaga kebersihan tempat tinggal. 10 indikator phbs rumah tangga yang sebaiknya diterapkan oleh masyarakat diantaranya:
- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
- Pemberian asi eksklusif
- Menimbang bayi dan balita secara berkala
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Menggunakan air bersih
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik nyamuk
- Konsumsi buah dan sayur
- Melakukan aktifitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah
Dengan kesadaran memberikan asupan gizi yang dibutuhkan pada periode 1000 hpk pada anak serta terus menjaga kebersihan lingkungan, kita bisa berharap anak-anak indonesia akan terhindar dari stunting. Orang tua, masyarakat, dan pemerintah, termasuk seluruh kader pkk harus berkomitmen untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan stunting. Gerakan bersama ini disebut germas. Gerakan masyarakat (germas) untuk mencegah stunting dalam masa kehamilan sampai anak berusia 2 tahun:
- Mendukung ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang dalam jumlah cukup.
- Membantu ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
- Mengingatkan ibu hamil untuk meminum pil tablet tambah darah secara teratur setiap hari.
- Membantu ibu hamil untuk dapat melahirkan di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan.
- Mendukung pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan pemberian asi eksklusif selama 6 bulan.
- Berperan aktif dalam pelaksanaan posyandu dan mengajak ibu hamil, ibu dan anak balita agar dating ke posyandu.
- Membantu tenaga kesehatan dalam mendampingi ibu hamil atau penanganan balita gizi kurang.
- Ikut mempromosikan dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan.
Anak merupakan harapan generasi penerus bangsa, generasi yang akan menggantikan posisi kita pada 20-30 tahun kedepan. Mari kita bersama-sama mempersiapkan generasi emas yang unggul, sehat dan cerdas. Genersi yang akan membawa indonesia menjadi bangsa yang besar. Indonesia sehat adalah indonesia yang bebas dari stunting.